R
|
memiliki
pendapatan Bu Siti hanya terdiam mendengar penuturan
Rani, suaminya, Pak Wardi, yang hanya seorang tukang ojek memang pas-pasan, tentu merasa berat jika harus membayar uang sekolah
anaknya dengan jumlah tidak sedikit karenunggak biaya sekian lama mena sekolah.
Bu Siti hanya menghela nafas, kemudian berusaha menenangkan hati Rani, dan
mengatakan jika Rani tidak perlu memikirkan hal tersebut, karena itu sudah
menjadi tanggungjawab kedua orangtuanya, Rani hanya diminta untuk konsentrasi
pada pelajarannya.
Tidak lama berselang, Pak Wardi pulang.
Reaksi Pak wardi tidak jauh berbeda dengan istrinya, dia hanya mengelus dada
dengan trenyuh, merasa kasihan dengan suramnya masa depan Rani. Pak Wardi hanya
bisa mengeluh, karena sebagai kepala keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan
anaknya.
Keesokan harinya, di pagi yang cerah,
tampak Pak Anton, sang kepala desa sedang berjalan santai bersama Hadi, salah
seorang ajudannya. Tidak lama lewat Rani di depan Pak Anton. Melihat kecantikan
Rani, Pak Anton tampak terpesona. Melihat majikannya terpesona, Hadi tersenyum
dan mengatakan jika nama perempuan tersebut Rani, anak dari Pak Wardi.
Mendengar penuturan Hadi, Pak Anton segera mengajak Hadi untuk menemui Pak
Wardi.
Sementara itu, di rumah Pak Wardi
tampak Pak Wardi, bersama Bu Siti, istrinya sedang bercangkerama dirumah.
Selang beberapa saat datang Pak Anton bersama Hadi. Dia datang mengutarakan
niatnya untuk menikahi Rani. Tentu saja mendengar penuturan Pak Anton, Pak
Wardi terkejut, mengingat Pak Anton sudah memiliki istri, bahkan anak yang sudah
dewasa. Apalagi Rani lebih pantas sebagai anak, daripada istri Pak Anton. Untuk
dapat mewujudkan keinginannya, Pak Anton memberikan janji, jika Rani direstui
dan bersedia menjadi istrinya, Pak Anton akan membiayai pendidikan Rani, bahkan
sampai perguruan tinggi. Namun Pak Anton juga menyampaikan syarat,
pernikahannya dilaksanakan di luar kota secara siri, dengan alasan Rani masih
sekolah, tentu dalam undang-undang tidak diperbolehkan menikah secara sah menurut
hukum negara. Pak Anton juga berniat membelikan Rani rumah di luar kota sebagai
tempat tinggalnya. Dengan berat hati, akhirnya Pak Wardi menerima pinangan dari
Pak Anton demi masa depan Rani.
Tiga hari kemudian, Rani tampak
berjalan membawa tas dalam ukuran besar. Secara kebetulan berpapasan dengan Pak
Wardi ayahnya. Tentu saja Pak Wardi heran melihat Rani berjalan menuju dengan
gontai menuju rumah, terlebih saat bertemu ayahnya, Rani menangis dan
mengatakan dia baru saja diceraikan Pak Anton tanpa sebab. Hal itu menyulut
amarah Pak Wardi. Sebelumnya Pak Anton sendiri yang memohon untuk dapat menikah
dengan Rani. Baru tiga hari, anaknya sudah diceraikan. Menurut Pak Wardi,
perbuatan Pak Anton tersebut telah menginjak-injak harga dirinya. Pak Wardipun
mengajak Rani untuk meminta pertangungjawaban ke rumah Pak Anton.
Bu Dewi tampak sedang gembira, bercanda
dengan Pak Anton suaminya saat kemudian datang Pak Wardi bersama Rani dengan
keadaan marah. Bu Dewi heran melihat kedatangan Pak Wardi. Tanpa mampu
membendung amarahnya lagi, Pak Wardi dengan penuh emosi meminta
pertanggungjawaban Pak Anton karena telah menelantarkan Rani setelah
menikahinya tiga hari sebelumnya.
Tentu saja penuturan Pak Wardi membuat
Bu Dewi menjadi shock. Suami yang
selama ini dicintai dan diberi kepercayaan melakukan perbuatan yang menyakitkan
hatinya. Tidak lama kemudian datang Aldo, anak dari Pak Anton. Melihat keribuan
di rumahnya, Aldo menanyakan penyebabnya. Serta merta Aldo menghampiri Pak
Anton hendak memukulnya setelah mendengar penyebab keributan di rumahnya, namun
dicegah dengan tangisan ibunya. Untuk mengakhiri keributan, Aldo menghampiri
Pak Wardi dan menyampaikan bahwa ayahnya akan memepertanggungjawabkan
perbuatannya. Dengan dirinya sebagai jaminan.
Setelah Pak Wardi dan Rani pergi, Aldo
kembali meluapkan amarahnya dengan cara mengumpat ayahnya, dan kembali dilerai
ibunya, kemudian Bu Dewi meminta Aldo meninggalkan Pak Anton dan Bu Dewi
berdua.
Bu Dewi hanya terdiam menahan rasa
sakit hatinya. Memecah keheningan, Pak Anton menyampaikan permintaan ma’afnya
kepada Bu Dewi dan memintanya turut menyelesaikan masalah dengan cara
mengatakan kepada warga bahwa Pak Anton menikah atas permintaan dan persetujuan
dirinya. Upaya tersebut dilakukan dengan alasan untuk menyelamatkan nama baik
keluarga, mengingat masa jabatan Pak Anton sebagai Kepala Desa segera berakhir,
dan berniat mencalonkan dirinya kembali. Demi keutuhan rumah tangga dan
menyelamatkan nama baik, akhirnya Bu Dewi dengan berat hati bersedia memenuhi permintaan
Pak Anton. Emndengar jawaban istrinya, Pak Anton merasa tenang dan meninggalkan
Bu Dewi sendiri. Saat Bu dewi sendiri, Aldo menemui ibunya dan meminta agar Bu
Dewi tidak memenuhi keinginan Pak Anton.
Dua hari kemudian, Bu Siti tampak
sedang menjahit baju di ruang tamu rumahnya ketika tiba-tiba datang Hadi. Tanpa
bersuara, Hadi melemparkan sebuah amplop ke depan Bu Siti, kemudian berujar,
jika amplop tersebut berisi uang yang cukup banyak sebagai tutup mulut dan
tidak menuntut perbuatan Pak Anton, namun dengan alasan harga diri, Bu Siti
menolaknya. Hal itu memancing emosi Hadi. Tanpa rasa iba, Hadi memukuli Bu Siti
hingga babak belur. Setelah puas, Hadi meninggalkan Bu Siti sendirian.
Rani yang baru pulang dari warung
berbelanja terkejut melihat ibunya merintih kesakitan. Rani emudian menolong
ibunya dan berteriak minta tolong, beruntung Pak Wardi kemudian datang. Saat
mendengar penuturan istrinya, Pak Wardi marah, dan bergegas kembali ke rumah
Pak Anton serta berniat mengajak beberapa orang warga setelah sebelumnya
meminta Rani mengobati dan menjaga ibunya di rumah.
Di rumah Pak Anton, Hadi menyampaikan
laporan atas tugas yang diberikan Pak Anton. Dengan gembira mereka berdua
tertawa yang terhenti ketika datang Bu Dewi. Hadipun segera pamit. Pak Anton
hanya menjawab jika Hadi memberikan laporan atas tugas yang diberikan untuk
meninjau proyek desa ketika Bu Dewi menanyakan sebab kegembiraan Pak Anton.
Sesaat waktu kemudian datang Pak Wardi bersama beberapa orang warga.
Bu Dewi tersentak kaget mendengar
penyebab kedatangan warga, namun dia berusaha menguasai keadaan dengan
mengatakan bahwa kedatangan Hadi ke rumah Pak Wardi diperintahkan olehnya untuk
mengantar uang sebagai ungkapan ma’af, dan rencananya dia akan berkunjung
sendiri ke rumah Pak Wardi. Namun Hadi salah mengartikan perintahnya.
Pembelaan Bu Dewi berakhir ketika
datang Aldo, dan mengatakan bahwa ibunya tidak tahu mengenai segala
permasalahan, ibunya dibujuk oleh Pak Anton untuk melakukannya. Dengan
tertunduk lesu, akhirnya Pak Anton tidak dapat mengelak lagi dari
tanggungjawab. Tinggal Bu Dewi menangis ditinggal suaminya yang dibawa warga ke
kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar